MAKALAH TENTANG KEMISKINAN
DI
MALUKU
DISUSUN OLEH :
NAMA :
MUHAMMAD REZA PRIAMBUDI
KELAS : 1KB06
NPM : 24117196
PROGAM STUDI :
Pendidikan Kewarganegaraan
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Maluku
adalah salah satu provinsi di Indonesia bagian Timur yang mengalami perlambatan
kemajuan. Maluku di bagi menjadi 2 provinsi yakni Maluku Utara dan Maluku. Dua
provinsi ini sama – sama mengalami perlambatan kemajuan. Maluku merupakan
daerah yang punya potensi besar untuk maju dan berkembang. Hal itu terhambat
karena daerah Maluku agak sulit di jangkau dan biaya transportasi untuk menuju
kesana terbilang tidak murah. Maka dari itu banyak hal yang membuat Maluku
mengalami hambatan untuk maju dan berkembang.
Salah
satu hal yang mendasari hambatan untuk maju di daerah provinsi Maluku adalah
kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Minimnya fasilitas di Maluku membuat banyak diantara mereka yang
tidak mendapatkan pendidikan yang layak terutama bagi kalangan yang menghuni pedalaman
Maluku. Selain itu ras juga salah satu penghambat kemajuan di Maluku. Banyak
diantara mereka yang masih menganut kepercayaan bahwa mereka tidak
diperbolehkan untuk menerima kemajuan karena akan memisahkan dunia mereka
dengan nenek moyang mereka. Hal – hal demikian yang seharusnya dibenahi dan
diperbaiki oleh pemerintah.
Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam
yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam. Kemiskinan
“buatan” terjadi Karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat tidak mampu
menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga
mereka tetap miskin.
Berbagai persoalan kemiskinan
penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, social, ekonomi,
psikologi, dan politik. Aspek social terutama akibat terbatasnya interaksi
social dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya
pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah
mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri,
fatlisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan dari aspek politik berkaitan
dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan,
deskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan
menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolute, kemiskinan relative, dan
kemiskinan cultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolute apabilahasil
pendapatannya dibawah garis kemiskinan, tidak cukup ntk memenuhi kebutuhan
hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yeng
tergolongan miskin reltif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun
masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin
cultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang
tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari
pihak lain yang membantunya(Ghazali,2012:1).
PERMASALAHAN
Letak Geografis
Secara geografis
batas-batas antara Maluku Utara dan Provinsi Maluku di bagian Bagian Utara,
barat papua provinsi di timur, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah di Barat,
dan The Republik Demokratik Timor-Leste dan Australia di Selatan. Sementara
secara total 581 daerah 376 km2 yang terdiri dari 527 191 km2 wilayah laut laut,
dan 54 185 km2 wilayah laut, atau dengan kata lain sekitar 90% Provinsi Maluku
merupakan daerah laut. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku memiliki 559 pulau
yang memiliki pulau-pulau yang relatif besar beberapa, antara lain: pulau Seram
(18 625 km2), Pulau Buru (9000 km2) Yamdena (5085 km2) dan Pulau Wetar (3624
km2). Dengan kondisi dominan perairan daerah, Provinsi Maluku sangat terbuka
untuk berinteraksi dengan yang lain Provinsi dan negara-negara sekitarnya
Pulau Maluku memiliki
iklim monsoon tropis iklim ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan laut perairan
yang luas dan berlangsung seirama dengan musim climatc sana. Suhu rata-rata
berdasarkan stasiun Meteorologi di Ambon, Tual dan Saumlaki masing C 26,80,
27,70 C dan 27,40 C. Suhu minimum masing-masing 24,00, 24,70 C dan 23,80 C,
sedangkan suhu Tual, kelembaban rata-rata mencapai 85,4% ketika merekam
Saumlaki Stasiun Meteorologi menunjukkan kelembaban rata-rata adalah 80,2%.
Topografi kondisi
rata-rata wilayah Kota Ambon agak datar, mulai dari pantai ke daerah pemukiman.
Morfologi daratan Kota Ambon juga bervariasi dari datar, bergelombang, daerah
bergelombang, berbukit dan bergunung dengan lereng curam yang lembut untuk
sedikit dominan. Daerah datar memiliki kemiringan 0-3%, kemiringan bergelombang
3-8%, daerah bergelombang 8-15%, daerah perbukitan elevasi kemiringan 15-30%
dan daerah pegunungan lebih besar dari 30%. Sedangkan untuk Kabupaten Maluku
Tengah, Seram Barat dan timur Seram, topografi umumnya
berbukit. 0-2%, miring / bergelombang 3-15% agak curam
15-40% dan sangat curam 40%.
Topografi Kabupaten Maluku
Tenggara dibagi atas dataran, perbukitan dan pegunungan dengan lereng datar
(0-3%), datar / bergelombang (0-3%), bergelombang (8-15%), agak curam (15-30% )
dan sangat curam (> 50%). Tinggi luas permukaan laut dibagi menjadi tiga
kelas, yaitu di ketinggian rendah daerah (elevasi 000-100 m), tengah (100-500
m), dan dataran tinggi dengan ketinggian (> 500 m).
Topografi Kabupaten Buru
sebagian besar berbukit dan daerah pegunungan dengan kemiringan 15-40% dan
sedangkan 40%, sisa tinggi dari varietas biasa. Puncak gunung tertinggi
terletak di wilayah Kapalamada barat utara Buru dengan ketinggian 2736 meter di
atas permukaan laut (ASL), setelah Danau Rana dengan ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut, Danau Rana diperkirakan di kisaran 700 -750 meter
di atas permukaan laut. Dengan menggunakan pendekatan bentang alam, kabupaten
Buru diklasifikasikan atas, bukit pesisir dataran dan pegunungan termasuk
varietys dari dataran tinggi dan lereng.
Luas wilayah Provinsi
Maluku adalah581.376 km2, terdiri dari
lautan 527.191 km2 (90,7%) dan 54.185 km2 daratan (9,3%). Provinsi Maluku terdiri dari 9
kabupaten, 2 kota, 90 kecamatan, 33 kelurahan, dan 989 desa. Wilayah kepulauan
Maluku memiliki posisi yang strategis karena terletak di antara Samudera
Pasifik dan Samudera Indonesia yang mempunyai karakteristik masa air yang
berbeda, menjadikan perairan Maluku subur sehingga menjadi jalur ruaya atau
migrasi ikan dan terletak di tengah segitiga terumbu karang dunia yang
berfungsi sebagai amazonnya lautan dunia.
Data Kemiskinan
Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Maluku, Maret 2013 – Maret 2017
Tingkat kemiskinan/persentase
penduduk miskin pada periode 2013 – 2017 menunjukkan trend yang semakin
menurun dari waktu ke waktu kecuali pada periode September 2014 – Maret 2015
dan Maret 2016 - September 2016. Namun, bila dibandingkan antara periode September
2016 ke Maret 2017 terjadi penurunan persentase kemiskinannya sebesar 0,81 poin.
Dalam empat tahun terakhir (Maret 2013 s.d. Maret 2017), persentase penduduk
yang rata-rata pengeluaran per bulannya di bawah Garis Kemiskinan atau yang
disebut sebagai penduduk miskin berkurang sebanyak 1,04 poin.
Apabila dibedakan menurut daerahnya,
jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan
selama periode Maret 2013 s.d. Maret 2017 meningkat sebanyak 1,15 ribu jiwa. Di
daerah perkotaan, pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin juga
menunjukkan peningkatan sebanyak 3,38 ribu jiwa. Hal ini bisa terjadi karena
memang jumlah penduduk baik di daerah perkotaan dan perdesaan sama-sama
meningkat. Adapun jika dilihat dari segi persentase, persentase penduduk miskin
di daerah perdesaan pada Maret 2017 masih tinggi, yaitu sebesar 26,14 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin di daerah
perkotaan yang hanya sebesar 7,24 persen. Selama periode Maret 2013 s.d. Maret
2017, persentase penduduk miskin di perdesaan turun sebesar 0,20 poin sedangkan
untuk daerah perkotaan, penurunannya mencapai 0,69 poin.
Perkembangan
Tingkat Kemiskinan September 2016 – Maret 2017
Pada Maret 2017, BPS mencatat jumlah
penduduk miskin di Maluku sebanyak sekitar
320,51
ribu jiwa, atau berkurang 11.280 jiwa jika dibandingkan pada bulan September
2016 sebanyak 331,79 ribu jiwa. Dari sisi persentase, tingkat kemiskinan di
Maluku pada Maret2017 (18,45 persen) lebih rendah dibandingkan September 2016
yang tercatat sebesar 19,26 persen. Sedangkan jika dibandingkan dengan keadaan
Maret 2016, jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan Maret 2017 berkurang
sekitar 7.210 jiwa atau 0,73 poin. Penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017
tercatat 269,27 ribu jiwa. Jumlah ini berkurang 8.280 jiwa dibandingkan bulan
September 2016 yang menunjukkan angka 277,55 ribu jiwa. Bila dilihat dari sisi
persentase, tingkat kemiskinan di perdesaan di Provinsi Maluku pada Maret 2017
(26,14 persen) juga menurun dibandingkan September 2016 yang sebesar 26,88
persen. Adapun bila dibandingkan dengan periode Maret 2016, jumlah penduduk
miskin daerah perdesaan Maret 2017 berkurang sekitar 6.370 jiwa atau mengalami
penurunan 0,68 poin.
Penduduk miskin di perkotaan pada
Maret 2017 tercatat 51,24 ribu jiwa. Jumlah ini menurun 840 jiwa dibandingkan
periode Maret 2016 yang menunjukkan angka 52,08 ribu jiwa. Adapun bila
dibandingkan dengan periode September 2016, jumlah penduduk miskin Maret 2017
di perkotaan juga mengalami penurunan sekitar 3.000 jiwa. Penurunan jumlah penduduk
miskin di perkotaan ini ternyata sejalan dengan persentase penduduk miskin. Tingkat
kemiskinan di perkotaan di Provinsi Maluku pada Maret 2017 (7,24 persen) lebih rendah
dibandingkan September 2016 yang sebesar 7,86 persen dan Maret 2016 yang sebesar
7,66 persen.
Perubahan
Garis Kemiskinan September 2016 – Maret 2017
Besar kecilnya jumlah penduduk
miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah Garis
Kemiskinan. Selama September 2016 – Maret 2017, Garis Kemiskinan Maluku naik
sebesar 2,88 persen, yaitu dari Rp424.656,- perkapita perbulan pada September
2016 menjadi Rp436.865,- perkapita perbulan pada Maret 2017. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan- Makanan (GKBM), maka
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada bulan Maret 2017, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 76,31 persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur
pengeluaran penduduk adalah karakteristik penduduk miskin, yaitu penghasilan
penduduk lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar seperti
makanan dan minuman daripada hal lain seperti pendidikan, kesehatan, perumahan,
pakaian, hiburan dan investasi. Adapun dari Tabel 2 terlihat bahwa garis
kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinngi daripada perdesaan. Garis
kemiskinan di perkotaan pada Maret 2017 sebesar Rp437.644,- per kapita per
bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp435.787,- per kapita per bulan. Secara
umum, nilai Garis Kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penentuan status kemiskinan
penduduk di Maluku pada Maret 2017 sebesar Rp436.865,- yang juga berarti, untuk
memenuhi kebutuhan dasar 2100 kkal makanan per hari dan pengeluaran dasar non makanan
dalam satu bulan per jiwa di Maluku dibutuhkan uang sekitar Rp436.865,-. Dengan
demikian, penduduk dengan jumlah pengeluaran per bulan di bawah nilai Garis Kemiskinan
tersebut tergolong miskin.
Indeks
Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya
sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain
harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada
periode September 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks
Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,76 pada September 2016 menjadi 3,50 pada
Maret 2017. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,13
(September 2016) menjadi 0,99 pada Maret 2017. Begitu juga, jika dibandingkan
dengan periode Maret 2016, kedua indeks ini menunjukan kecenderungan menurun. Penurunan
nilai kedua indeks ini (September 2016 – Maret 2017) mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Jika kita lihat lebih lanjut,
penurunan terjadi baik di perdesaan maupun di daerah perkotaan.
Menurunnya dua indikator ini merupakan indikasi
yang cukup baik bagi usaha-usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah. Ini menggambarkan bahwa penurunan tingkat kemiskinan sudah menuju
ke arah yang lebih baik karena peningkatan kesejahteraan penduduk miskin menuju
ke arah yang lebih merata. Namun yang perlu diwaspadai adalah apabila rata-rata
pengeluaran penduduk miskin menjadi semakin menjauh di bawah Garis Kemiskinan
dan melebarnya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin yang akan
memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dimasa yang akan datang.
Usaha Pemerintah
Adapun usaha pemerintah setempat menanggulangi
kemiskinan di maluku berikut ini:
·
Memberikan kesempatan
yang luas kepada masyarakat desa untuk memperoleh layanan pendidikan yang
memadai, secara gratis dan Cuma-Cuma.
·
Retribusi lahan dan
modal yang seimbang.
·
Mendorong perkembangan
investasi pertanian dan pertambangan ke daerah pedesaan.
·
Membuka kesempatan
yang luas kepada masyarakat desa untuk memperoleh kredit usaha yang mudah.
·
Memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan masyarakat desa.
·
Memperkenalkan sistem
pertanian modern dengan teknologi baru yang memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk menggali sumber-sumber pendapat yang memadai.
·
Memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat dengan sistem layanan kesehatan gratis,
memperbanyak PUSKESMAS dan unit-unti layanan kesehatan desa yang miskin
terbelakang.
·
Memberikan jaminan
asuransi dan jaminan sosial terhadap masyarakat desa.
·
Memperkuat komitmen
eksekutif dan legislatif untuk memperbaiki tatanan pemerintahan.
·
Mendorong agenda pembangunan daerah memprioritas
pemberantasan kemiskinan sebagai skala prioritas yang utama, mendorong tekad
semua pihak untuk mengakui kegagalan penanggulangan kemiskinan selama ini,
membangkitkan kesadaran kolektif agar memahami kemiskinan sebagai musuh
bersama, dan meningkatkan partisipasi semua pihak dalam memberantaskan
kemiskinan.
Kesimpulan
Secara
makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah
satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003
PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi
4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 4,05
persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005. Walaupun dikatakan setiap
tahun membaik, Maluku masih menjadi provinsi miskin bila dibanding dengan
provinsi lainnya.
Referensi
http://jikti.bakti.or.id/updates/upaya-mengurangi-kemiskinan-di-maluku
https://maluku.bps.go.id/Brs/view/id/178
http://www.malukuprov.go.id/index.php/selayang-pandang/2016-10-06-01-18-19
https://mardajie.wordpress.com/ekonomi-makro/kemiskinan-di-maluku/
http://myfatihurrizqi.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-kemiskinan-di-indonesia.html
http://mediaindonesia.com/news/read/127858/maluku-hadapi-masalah-kemiskinan/2017-10-19
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3563157/orang-miskin-terbanyak-di-jawa-persentase-terbesar-di-maluku-papua
Schulz,Duane.2012.Psikologi Pertumbuhan:Model-Model
Kepribadian Sehat (ahli bahasa Yustinus).Yogyakarta:Kanisius.
0 comments:
Post a Comment